Penelitian Tata Krama Suku Bangsa Jawa | Adat Istiadat

kisanaris.com - Math is simple and fun.

Penelitian "TATA KRAMA SUKU BANGSA JAWA"


A. Gambaran Umum Tata Krama Suku Bangsa Jawa 


Tata krama berasal dari bahasa Jawa yang biasa diartikan dengan adat sopan santun atau dalam bahasa Jawa disebut dengan unggah-unggah adat istiadat yang berkaitan dengan interaksi sosial antar sesama manusia baik di dalam keluarga ataupun di lingkungan masyarakat (Darsono,1995:10). Adanya pengelompokkan tatanan dalam berinteraksi tersebut mengharuskan manusia Jawa untuk berperilaku atau berbicara sebagaimana seharusnya yang diwujudkan ketika berinteraksi dengan seorang. 



Dalam berinteraksi dengan sesamanya tersebut orang Jawa harus melihat posisi, peran serta kedudukan dirinya dan juga posisi yang diajak berinteraksi. Tata krama suku bangsa Jawa tidak hanya tampak pada tatanan bahasa yang digunakan, tetapi juga pada gerakan tubuh atau badan. Tata krama Jawa ditanamkan sejak kecil oleh orang tua.

B.     Tata Krama Di Lingkungan Keluarga
Keluarga Jawa, menurut Magis Suseno (1983) merupakan tempat yang paling aman, dan sebagai sumber perlindungan penting bagi seseorang anak. Di dalam budaya Jawa, tata krama antar manusia dengan sesamanya dibedakan antara yang muda dengan yang lebih tua, antara bawahan dengan atasan dan sebagainya. Secara umum dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden sangat menganggap penting tata krama dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel IV. 1 Alasan Responden Mengapa Tata Krama Sangat Penting
Alasan Responden
f
%
1.      Tata krama mencerminkan kepribadian
2.      Tata krama sebagai sarana penghormatan
3.      Tata krama sangat penting untuk berperilaku
4.      Tata krama sebagai identitas suatu bangsa.
23
29
33
5
25,55
23,22
36,67
5,56
Jumlah
90
100,00
Sumber : Data Primer, 2001

Data pada Tabel IV. 1 tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa tata krama sangat penting dalam berperilaku seseorang. Alasan yang juga cukup penting mengenai tata krama adalah bahwa dengan bertata krama dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Penanaman nilai-nilai tata krama dilakukan melalui contoh-contoh, nasehat-nasehat, serta berbagai larangan yang berlaku dalam keluarga. 

Tabel IV. 2 Anggota Keluarga Responden Yang Sangat Menganjurkan Untuk Bertata Krama

Anggota Keluarga
f
%
1.      Ayah
2.      Ibu
3.      Ayah dan Ibu
4.      Saudara (sepupu, om, tante)
9
5
70
6
10,00
5,56
77,77
6,67
Jumlah
90
100,00
Sumber : Data Primer, 2001

Tabel IV. 2 memperlihatkan bahwa peranan ayah dan ibu sangat tinggi dalam menerapkan tata krama kepada anaknya (77,77 %). Hal ini sangat waajar karena salah satu kewajiban orang tua kepada anak-anaknya antara lain mendidik anak, mempersiapkan, membina, mengasuh, serta membimbing hingga menjadi manusia dewasa yang mengerti tata krama. Salah satu bentuk tata krama yang sangat menonjol pada keluarga Jawa adalah bagaimana tata krama daalam percakapan sehari-hari, dan bahasa yang digunakan. Untuk itu bagaimana penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari dalam keluarga dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel IV. 3 Penggunaan Bahasa Dalam Percakapan Sehari-hari
Bahasa yang Digunakan
f
%
1.      Bahasa Jawa
2.      Bahasa Indonesia
3.      Bahasa campuran Jawa dan Indonesia
4.      Lainnya
70
15
14
1
77,77
16,66
15,56
1,12
Jumlah
90
100,00
Sumber : Data Primer, 2001

Tabel IV. 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (77,77%) masih mempergunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Di samping itu pula karena sebagian besar responden (74 %) tinggal di wilayah Kabupaten Sleman yang dapat dikatakan sebagai daerah “pedesaan”. 


  • Tata Krama Menghormati Orang Yang Lebih Tua

Tabel IV. 4 Tata Krama Menghormati Orang Tua dalam Keluarga
Tata Cara Menghormati Orang Tua
f
%
1.      Selalu mendahulukan segala keperluannya
2.      Selalu menjalankan nasehatnya
3.      Selalu menurut perintahnya
4.      Selalu sopan daan tidak menyinggung perasaannya
17
18
41
14
18,88
40,00
45,56
15,56
Jumlah
90
100,00
Sumber : Data Primer, 2001

Dengan demikian dapat diartikan bahwa anak yang tidak menurut orang tua dianggap sebagai anak yang tidak menghormati orang tua. Penuturan Ida misalnya memberikan gambaran kepatuhannya kepada orang tuanya: 

“Sejak kecil Saya dibiasakan oleh orangtua untuk membantu bekerja seperti sekarang ini meskipun Saya sekolah ya pulang sekolah harus membantu orangtua. Kadangkala pulang sekolah sudah lelah tetapi kalau disuruh menjemput ibu ke pasar ya dengan terpaksa tetap Saya lakukan.” 

Tabel IV. 5 menunjukkan bahwa tata cara orang muda menghormati kerabat yang tua dengan cara selalu membantu kepada yang lebih tua merupakan pilihan atau jawaban yang paling banyak yaitu sebesar 36,66%. Dalam budaya Jawa, hal itu tidak lain merupakan wujud dari saling tolong menolong yang merupakan salah satu prinsip hidup orang Jawa yaitu prinsip kerukunan. Cara menghormati orang muda terhadap kerabat yang lebih tua dilakukan responden dengan cara menuruti perintah dan nasehatnya, jawaban itu sebesar 30,00%. 

  • Tata Krama Meninggalkan Rumah 
Dari 90 responden dalam penelitian ini 85% diantaranya selalu “berpamitan” bila akan meninggalkan rumah. Cara berpamitan yang biasa dilakukan oleh responden antar lain yaitu dengan ucapan “pak/bu ... berangkat ...” sebesar 38,8%, berpamitan dengan cara menjabat tangan sambil mencium tangan sebesar 25,5%; selanjutnya berpamitan dengan berjabat tangan saja sebesar 16,6 % dan berjabat tangan disertai ucapan sebesar 4,4%. Selain beberapa cara yang dilakukan oleh responden pada saat berpamitan ternyata responden (4 orang) yang tidak pernah berpamitan karena mereka tinggal di asrama atau kost dengan alasan tidak ada yang akan dipamiti. 

  • Tata Krama Berbicara 

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (52,2 %) dalam berkomunikasi dengan orangtua menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, hal ini juga sangat terkait dengan latar belakang suku bangsa orangtua responden yag sebagian besar (90&) suku bangsa Jawa. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa bahasa Jawa tetap mendominasi sebagai alat komunikasi sehari-hari di rumah. Hasil penelitian Sumarsih (2000) menemukan adanya kecenderungan penggunaan Bahasa Jawa di kalangan generasi muda semakin meluntur. Selebihnya pula sebagian responden berkomunikasi dengan keluarga menggunakan bahasa campuran, yaitu Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia sebesar 28,9 %. 

Tabel IV. 8 menjelaskan bahwa bahasa yaang digunakan orangtua untuk berbicara kepada orang yang lebih muda adalah bahasa Jawa Ngoko. Responden yang menggunakan bahasa campuran (Kriama Inggil dan Bahasa Indonesia) sebesar 13,34 %. Dari data terlihat juga bahwa tidak sedikit pula dalam percakapan antara orang tua kepada orang muda dengan menggunakan bahasa campuran. 

  •  Tata Krama Duduk 

Tabel IV.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64,4%) mengetahui cara duduk yang sopan adalah posisi kaki selalu di bawah dan harus rapat. Dengan kata lain dalam kultur Jawa posisi duduk yaang sopan adalah “tidak jegang”. Di dalam tabel juga memperlihatan bahwa sebanyak 11,2% responden yang tidak mengetahui bagaimana tata cara duduk yang baik. Tata cara duduk yang lama juga menunjukkan sikap yang baik adalah duduk dengan posisi sopan dan tahu diri. Responden yang memilih jawaban ini adalah sebanyak 20,00%. Tata cara duduk yag berlaku dalam keluarga apabila dibaca dalam tabel IV. 9 ternyata responden mempunyai pengetahuan yang sopan tentang bagaimana seharusnya duduk yang sopan. 

Berkaitan dengan tata cara duduk yang juga perlu diperhatikan adalah bagaimana tata cara berdiri ketika menghadap orangtua. Dalam sebuah keluarga biasanya mempunyai aturan sopan santun bagaimana posisi seseorang anak ketika akan menghadap orangtua. Tabel IV. 10 memperlihatkan bahwa posisi berdiri yang sopan menurut responden adalah berdiri tegak dengan badan sedikit agak membungkuk. Posisi berdiri yang menunjukkan sikap sopan adalah dengan cara berdiri tegak dengan “ngapurancang”. Responden yang menulis jawaban ini masing-masing sebesar 20,0%. Tata cara berdiri yang dianggap sopan lainnya adalah dengan posisi berdiri sopan asalkan tidak membelakangi orang tua yakni sebanyak 18,00%. 

  •  Tata Krama Berpakaian 

Tabel IV. 11 menunjukkan bahwa cara berpakaian yang sopan menurut responden adalah menutup aurat dan sopan yaitu sebanyak 63,34%. Cara berpakaian yang diaanggap sopan adalah asalkan sopan, bersih, serta sesuai dengan situasi dan kondisi (26,66%). Responden yang menyebutkan berpakaian yang sopan itu harus menutup aurat (63,34%), sangat dipengaruhi oleh salah satu agama terutama Islam. Hal yang menarik adalah adanya jawaban yang dilontarkan responden bahwa cara berpakaian yang sopan adalah tidak ketat dan merangsang. 

  •  Tata Krama Bertegur Sapa 

Tabel IV. 12 menunjukkan bahwa di antara anggota keluarga khususnya dengan saudara sekandung saling berinteraksi dilakukan secara santai. Antara lain dengan jalan mengucapkan salam sambil berkabar (23,34%), dengan menyebut nama sambil berkabar (14,44%), bertegur sapa secara santai (30,00%), dengan menyebut nama (21,12%). Responden yang tidak mengetahui bagaimana bertegur sapa dengan saudara sekandung cukup besar yaitu 11,20%. 

Tabel IV. 13 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (45,52%) mempunyai pengetahuan cara menyapa orangtua terhadap kerabat yang lebih tua dengan menyebut alur kerabatnya. 

Tabel IV. 14 ternyata tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Sapaan dengan nama saja dilakukan oleh responden walaupun persentasenya kecil (14,44%). Menyapa dengan menggunakan nama saja di kalangan kerabat sebaya cenderung corak hubungannya lebih bersifat santai dan akrab. 

Tabel IV. 15 menjelaskan bahwa istilah penyapaan dilakukan oleh orang tua terhadap kerabat yang sebaya tidak berbeda dengan istilah sapaan orang muda terhadap kerabat sebaya yaitu menyebut sesuai alur kerabat. Responden yang memilih jawaban ini sebesar 66,67%. 

  •  Tata Cara Bersalaman 

Hasil menunjukkan cara bersalaman yang bervariasi yaitu yang muda mengajak salaman terlebih dahulu, ada yang sambil mencium tangan, ada yang sambil berkabar, ada yang sambil menepu-nepuk bahu dan sebagainya. Tabel IV. 16 menunjukkan bahwa sikap yang ditampilakn oleh responden, dalam hal ini sebagai generasi muda secara umum masih menunjukkan sikapnya yang sopan, karena yang muda mengajak salaman terlebih dahulu. 

Tabel IV. 17 menunjukkan bahwa cara bersalaman yang dilakukan orang tua kepada yang muda adalah memberi salam sambil menanyakan bagaimana kabarnya. 

  •  Tata Cara Mengemukakan Pendapat 

Di dalam budaya Jawa dalam hal mengemukakan pendapat harus mengetaahui aturan-aturan tertentu. Tabel IV. 18 memperlihatkan bahwa tata cara mengeluarkan pendapat dalam keluarga menurut responden adalah terbuka, menghargai, tidak emosi, dan tidaak menyinggung perasaan. Di sini jelas terlihat bahwa generasi muda mempunyai sikap toleransi dan menghormati lawan bicara. Persentase yang menjawab ini sebesar 45,56%. Akan tetapi tidak sedikit pula (16,66%) responden yang memilih langsung mengemukakan pendapat. 

  •  Tata Cara Makan dan Minum 

Tabel IV. 19 memperlihatkan bahwa responden mempunyai kriteria tentang bagaimana tata cara makan minum yang baik dan sopaan. Sebagian responden (32,22%) mengatakan bahwa tata cara makan minum yang sopan adalah pada saat makan-minum tidak boleh berkecap, tidaak boleh mengobrol serta posisinya harus sopan. 

C. Tata Krama Lingkungan Di Sekolah 

Sekolah sebagai wawasan Wiyata Mandala akan meneruskan dan mengembangkan jiwa dan kepribadian anak yang telah diperoleh di keluarga dengan baik (Poernomo, 1986:16). Di tempat inilah kemudian terjadi proses interaksi antara sesama siswa, siswa dengan guru, antara sesama guru, dan dari sini pula siswa belajar memahami dan menghormati budaya orang lain (Sumintarsih, dkk.2000). Dengan adanya pengarahan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa, diharapkan mampu bersikap sesuai aturan yang berlaku di sekolah. Adapun tata krama sekolah yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh siswa antara lain: 

  •  Tata Krama Memberi Salam Kepada Guru 

Penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui tata cara memberi salam kepada guru. Pemberian salam kepada guru yang dilakukan oleh siswa ada beberapa cara baik melalui ucapan ataupun dengan gerak tubuh. Dari berbagai cara tersebut sebagian besar responden (52,22%) melakukannya dengan ucapan selamat pagi, atau siang tergantung waktunya. Selanjutnya, bentuk penghormatan kepada guru untuk memberi salam adalah dengan cara membungkukkan badan (11,24%) serta dengan cara menganggukkan kepala (20,00%). Cara memberi salam yang dilakukan oleh siswa antara lain juga melalui ucapan salam “Assalammualaikum” sebanyak 6,64%. Memberi salam dengan menganggukkan kepala sekaligus dengan ucapan yaitu 10,00%. 

  •  Tata Tertib Berpakaian 

Tabel penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (77,7%) responden berpakaian sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh sekolah. Beberapa responden (13,34%) yang menjawab bahwa tata cara berpakaian yang sopan khususnya bagi siswa putri adalah menutup aurat serta rok harus panjang hingga di bawah lutut. Tingginya persentase responden untuk yang berpakaian sesuai aturan, tidak lain karena adanya sanksi-sanksi tertentu bagi yang melanggarnya. Dari keenam sekolah daalam penelitian ini, seluruhnya memperlakukan adanya sanksi bagi siswa yang melaanggar ketentuan berpakaian seragam. 

  •  Tata Krama Ketika Guru Sedang Mengajar 

Tabel penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar ressponden mengetahui bagaimana perilaku yang harus ditampilkan pada saat guru mengajar. Sebanyak 52,22% memberikan jawaban bahwa pada saat guru mengajar siswa harus benar-benar memperhatikan pelajaran yang diberikan. Pada saat guru sedang mengajar responden diharuskan selalu mendengarkan dan tidak boleh mengobrol. Responden yang memberikan jawaban ini 32,22%. Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah pada saat guru mengajar siswa harus memperhatikan pelajaran yang diberikan, dan jika tidak mengerti boleh ditanya pada guru. Responden yang memilih jawaban ini sebesar 15,56%. 

  •  Tata Krama Menghadap Guru 

Dari ketiga jawaban yang dikemukakan responden, menunjukkan bahwa tidak semua responden memahami bagaimana tata krama yang benar ketika akan menghadapi seorang guru. Dari 85 responden yang memberikan jawaban maka sebesar 51,76% responden masih bersikap sopan, masih menghormati gurunya. Tindakan dengan memadukan gerakan dan ucapan dalam budaya Jawa sudah menunjukkan sikap yang sopan. 

  •  Tata Krama Menyetel Radio, TV, VCD, dll. 

Tabel penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (40,0%) menghendaki atau mengetahui tata krama yang baik pada waktu menyetel peralatan eletronik, yaitu tidak boleh keras-keras yang akhirnya akan mengganggu tetangganya. Salah satu jawaban responden yang cukup menarik adalah salah satu tata krama menyetel peralatan elektronik terutama VCD adalah tidak boleh menyetel VCD porno. 

  •  Norma Memarkir Kendaraan 

Tabel menjelaskan bahwa sebagian responden mengatakan norma memarkir kendaraan yang benar adalah diparkir pada tempatnya (56,6%). Dari tabel juga memperlihatkan bahwa memarkir kendaraan ada norma-norma yag harus dipatuhi. 

  • Tata Krama di Jalan Raya 

Tabel memperlihatkan bahwa dari jumlah jawaban responden tampak bahwa yang paling banyak diinginkan oleh si pemakai jalan adalah sebaiknya mematuhi aturan atau tata tertib lalu lintas (48,82%). Tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh responden (20,00%) bahwa ada aturan pengendara kendaraan di jalan raya supaya tidak menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, dan berjalan sesuai aturan yang berlaku di Indonesia, yaitu berjalan di sebelah kiri. Pengendaara di jalan raya harus mau menghormati pemakai jalan lainnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh responden yang mencapai 13,34%. Sementara itu responden yang menghendaki bila naik kendaraan (pengendara) tidak bersenda gurau di jalan mencapai 11,20%. 

  •  Sopan Santun Saat Membeli Tiket 

Dari jawaban responden sebagian besar (94,44%) menghendaki orang yang membeli tiket harus dengan cara antri. Sebagian kecil daari responden melihat lain, yaitu dalam antrian lebih mendahulukan orang yang sudah tua (4,44%). 

  •  Tata Krama Berjalan Bersama Teman 

Tabel memperlihatkan dari sejumlah jawaban responden (88,88%) berjalan bersama diperbolehkan asal tidak mengganggu. Sementara itu ada sebagian kecil responden (7,77%) yang mengatakan bahwa berjalan bersama maksimal berpasangan dua orang. Sementara itu ada pula responden (3,35%) yang mengatakan bahwa berjalan itu terserah si pemakai jalan itu sendiri, jawaban tersebut rupanya mereka mempunyai sikap acuh tak acuh. 

  •  Tata Krama Bertamu 

Tabel menunjukkan bahwa tata krama bertamu yang benar menurut responden adalah mengetuk pintu, memberi salam, dan mengutarakan maksud kehendaknya. Sementara itu, sebanyak 27,78% responden mengatakan bahwa bertamu yang sopan adalah bertamu sesuai waktunya. Kemudiaan mereka yang mengatakan saat bertamu harus menghormati pemilik rumah jumlahnya tidak sedikit yaitu 24,24%. 

  •  Sopan-Santun Pergaulan Muda-Mudi 

Tabel memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (37,78%) berpedoman dalam pergaulan muda-mudi harus ada batas-batasnya. Harus ada pembatasnya antara pergaulan muda-mudi itu antara lain harus berpegang pada norma baik norma sosial ataupun norma adat setempat, yang menjawab ini sebanyak 26,66%. Pergaulan antar muda-mudi dapat berjalan harmonis tanpa adanya hal-hal yang tidak diinginkan apabila di antara keduanya saling menghormati (21,12%). Pergaulan antar muda-mudi harus berpedoman pada norma agama (14,44%). 

  •  Norma Menghadiri Undangan Rapat/Pertemuan 

Tabel memperlihatkan sebagian besar responden (88,88%) sangat menginginkan untuk setiap menghadiri rapat atau pertemuan selalu tepat waktu. Untuk jawaban yang lain seperti datang terlambat karena menunggu peserta yang lain, persentasenya kecil (6,64%). Begitu pula dengan jawaban datang terlambat (2,22%) yang merupakan suatu tindakan kurang baik yang disengaja. 

0 Response to "Penelitian Tata Krama Suku Bangsa Jawa | Adat Istiadat"

Post a Comment